Sabang Nyaris Jadi Kota Pengekspor Babi

Siapa yang tidak kenal Sabang. Kota paling ujung barat Indonesia yang terkenal dengan potensi wisatanya. Tapi siapa sangka jika Sabang nyaris menjadi kota pengekspor babi!

Cerita ini saya dengar langsung dari Walikota Sabang. waktu itu saya sedang menjalankan dinas liputan ke sana. Di sela-sela kegiatan dinas tersebut pak wali menceritakan tentang besarnya populasi binatang haram itu.

Menurut keterangan pak wali, jumlah hama babi di Sabang lebih banyak dibandingkan dengan populasi manusia. Jika Penduduk Sabang hanya 36 ribu orang, populasi babi hutan diperkirakan lebih dari satu juta ekor!

Entah ilmiah atau tidak tapi pak wali meyakini jika seiring meningkatnya jumlah manusia di Sabang ternyata juga diikuti dengan meningkatnya populasi hama tersebut. Bahkan kecil besarnya jumlah anak babi yang dilahirkan juga tergantung dari bulan saat melahirkan. Jika melahirkan bulan januari maka jumlah anaknya satu ekor. Sedangkan jika melahirkan pada bulan desember jumlah anak yang dilahirkan dapat mencapai 12 ekor.

Keberadaan babi hutan memang sudah meresahkan masyarakat khususnya para petani di Sabang. Hama babi tidak hanya menghancurkan tanaman milik para petani. Seorang petani bahkan pernah digigit aat sedang berkebun.

Populasi babi hutan di Sabang sudah tergolong membahayakan dan sulit untuk dibasmi. Pernah PERBAKIN datang melakukan lomba menembak babi hutan. Acara ini digelar saat musim hujan. Biasanya babi hutan lebih memilih bersembunyi jika hujan turun. Namun dalam kondisi seperti itu ratusan ekor babi hutan berhasil ditembak.

Kabar mengenai hama babi hutan terdengar hingga ke Korea. Sejumlah Investor pernah bertandang ke Sabang hanya ingin memastikan seberapa besar populasi babi hutan. Mereka menawarkan agar binatang tersebut dapat di ekspor ke negara nya.

Mereka hanya meminta lahan untuk membangun pelabuhan khusus. Pemko Sabang pun sudah menyanggupinya. Namun sejak awal pihak pemko Sabang sudah menegaskan jika kerjasama ini merupakan upaya dalam mengurangi populasi hama babi hutan. Bukan berorientasi pada bisnis. Nyatanya  ketika pihak Korea mengajak partisipasi warga untuk menembak babi hutan dan dibayar 200 ribu rupiah per ekornya, tawaran ini pun disambut sepi.

Pola yang akan digunakan pihak Korea dalam memindahkan Babi Hutan ke dalam kapal terbilang sederhana. Caranya dengan melumpuhkan binantang tersebut menggunakan senjata yang pelurunya adalah obat bius. Dalam hitungan tiga detik babi yang tertembak langsung pingsan. Dua puluh menit kemudian babi akan kembali sadar. Pihak Investor Korea menargetkan jika  babi hutan yang diekspor harus dalam kondisi hidup.

Tapi ternyata rencana tersebut tidak berjalan mulus. Penggunaan senjata api tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Padahal pihak Korea berjanji akan menggelotorkan dana untuk membeli  senjata langsung dari Indonesia. Namun rencana itupun ditolak. Perizinan penggunaan senjata harus dilakukan di tingkat Mabes Polri. Mendengar hal tersebut para investor Korea mundur teratur. Rencana itupun gagal. Peluang ekspor babi hutan tidak dilanjutkan.

***

4 thoughts on “Sabang Nyaris Jadi Kota Pengekspor Babi

Leave a reply to arielkahhari Cancel reply